Artikel Guru

Membangun Kultur SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan Untuk Mewujudkan Center Of Excellence

Membangun Kultur SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan Untuk Mewujudkan Center Of Excellence

Matauli ICT | Selasa, 01 Maret 2016 - 13:58:27 WIB | dibaca: 722267 pembaca

Kepala SMAN 1 Matauli Pandan (Murdianto, S.Pd., M.M)

Kultur organisasi dipandang sebagai kualitas kehidupan (the quality of life) dalam sebuah organisasi, termanifestasikan dalam aturan-aturan atau norma, tata kerja, kebiasaan kerja (work habid), gaya kepemimpinana (Operating Stylist of Principals) seorang atasan maupun bawahan (Hodge & Anthony, 1991). Manifestasi dari kultur organisasi ini dapat sebagai spirit dan keyakinan yang mendasari lahirnya aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur bagaimana seseorang harus bekerja, struktur yang mengatur bagaimana seseorang sebagai anggota organisasi berhubungan secara formal maupun informal dengan orang lain, system dan prosedur kerja yang mengatur bagaimana kebiasaan kerja seharusnya dimiliki seseorang maupun anggota organisasi (Torringtob & Weightman, dalam Preedy, 1993).

Sekolah sebagai sebuah organisasi (Hanson, 1985) maka kultur sekolah merupakan kultur organisasi dalam kontek persekolahan, sehingga kultur sekolah identik dengan kultur organisasi yaitu sebagai kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan syarat dan nilai-nilai tertentu yang di anut oleh sekolah.

SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan membangun sistem dengan berorientasi pada manajemen mutu dan berdasarkan karakter terpuji. Membangun Sistem Manajemen Mutu (SMM) berdasarkan klausul-klausul ISO 9001:2008 yang tertuang dalam Quality Manual (QM), Quality Procedure (QP) dan Work Instruction (WI), sebagai pedoman dalam melaksanakan seluruh aktivitas mulai perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi hasil belajar serta kegiatan-kegiatan pendukung yang tertuang dalam peta proses di SMAN 1 Plus Matauli Pandan.

Dengan pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 semua warga sekolah tanpa terkecuali wajib patuh dan taat terhadap segala aturan yang sudah tertuang di dalam dokumen mutu. Warga sekolah harus menempatkan diri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga dapat mengarah pada kultur sekolah yang kondusif. Bagi tenaga pendidik dan kependidikan berorientasi pada kinerja yang baik/prestasi kerja, sedangkan bagi peserta didik diharapkan memiliki perilaku yang diinginkan yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki kecerdasan, keterampilan, kreativitas, semangat perjuangan, semangat persatuan dan kesatuan serta semangat nasionalisme.

Khusus peserta didik untuk membangun kultur sekolah ditetapkan melalui Peraturan Kehidupan Siswa (Perdupsis) didalamnya mengatur semua perilaku peserta didik mulai bangun tidur sampai dengan tidur kembali (bagi yang tinggal di Asrama) dan semua aktivitas di sekolah bagi peserta didik secara umum.

Sebagai contoh dalam perdupsis mengatur bagaimana menggunakan seragam sekolah, potongan rambut, cara makan, cara bertamu, tata cara menerima telepon, mendampingi tamu pejabat, naik kendaraan umum dan lain sebagainya.

Khusus Penggunaan seragam khusus sekolah dan potongana rambut putra mempunyai ukuran 0,1, 2 dan rambut bagi putri di atas kerah baju, hal ini menjadi ciri khusus sekaligus sebagai kontrol sosial pada saat peserta didik berada diluar kampus. Hal ini akan memudahkan masyarakat untuk mengenali peserta didik dari SMAN 1 Plus  Matauli Pandan, sehingga kegiatan diluar sekolah tetap mendapatkan pengawasan dan perhatian dari masyarakat umum.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam membangun kultur sekolah adalah karakteristik personal dari peserta didik tidak boleh dihilangkan atau disamaratakan. Di SMAN 1 Plus Matauli Pandan peraturan sekolah mengisyaratkan penyeragaman dalam berbagai hal dengan tetap memberikan porsi pada pengembangan diri peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang ada pada dirinya.

Guna pencapaian kultur sekolah terdapat suatu tahapan yang tidak boleh dilewatkan adalah proses sosialisasi budaya sekolah kepada seluruh warga sekolah termasuk stake holder. Di SMAN 1 Matauli Pandan, proses sosialisasi menerapkan tiga tahap sosialisasi (Robbin, 2001) yaitu:

  1. Prearrival stage, tahap dimana organisasi menyadari bahwa individu tenaga pendidik, kependidikan, peserta didik mempunyai nilai-nilai, sikap, dan harapan yang berbeda.
  2. Encounter stage, tahapan ini diharapkan warga SMAN 1 Matauli Pandan mampu membandingkan harapannya tentang pekerjaannya, teman sekerja, teman sebaya dan atasannya, sehingga jika terjadi perbedaan antara kemampuan dan kenyataannya, mereka akan mengevaluasi harapannya dan mulai mempelajari nilai-nilai yang ada di sekolah dengan proses sosialisasi.
  3. Methamorfosis stage. Tahapan ini pada akhirnya warga sekolah mengalami perubahan nilai-nilai dan nilai yang dipakainya dalam melakukan aktivitas sekolah adalah nilai budaya sekolah.

Alur 

Proses Sosialisasi Kultur Sekolah

di SMAN 1 Plus Matauli Pandan

 

Sebagai upaya untuk mengawal proses membangun kultur di sekolah yang kuat dan kondusif maka di SMAN 1(Plus) Matauli Pandan membentuk tim pengawal kultur sekolah. Tim ini bertugas untuk merencanakan dan menyususn program pelaksanaan pembudayaan dan penanaman karakter di lingkungan sekolah sekaligus mengawasi pelaksanaan program budaya sekolah dalam hal menentukan priortitas nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan karakter tertentu yang akan dibudayakan dan ditanamkan dilingkungan SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan.

Kultur sekolah yang kuat, yaitu mampu menerapkan nilai-nilai dan norma-norma yang kohesif dan mengikat warga sekolah akan mendorong munculnya komitmen dari seluruh warga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah. Pada akhirnya dengan kultur sekolah yang kuat dapat berinvestasi bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan budaya profesional yang mencerminkan keinginan untuk meningkatkan SDM dalam usaha mencapai efektivitas jangka panjang sekaligus dapat menimbulkan output/alumni yang berkemampuan dan berdaya saing seperti yang tertuang dalam misi sekolah, yaitu “Terwujudnya generasi emas yang inovatif, kreatif, dan berkarakter (to create a golden generation who are innovative, competitive, and having good character) serta tangguh, tanggon dan trengginas (to create a young generation who are strong, tough and agille)”.

Oleh : Murdianto, S.Pd., M.M

Kepala SMAN 1 Matauli Pandan










Komentar Via Website : 0